Setelah sekian lama tidak menulis blog ini, saya mencoba menghidupkan lagi blog yang saya miliki ini. Kali ini saya mencoba mengangkat cerita mengenai keberuntungan.
Keberuntungan ke.ber.un.tung.an [n] nasib; kemujuran. Hal ini merupakan yang tertulis di kamus besar Bahasa Indonesia.
Banyak sekali orang yang hidup dari keberuntungan, seperti, orang yang melakukan judi, dia membutuhkan keberuntungan untuk mendapatkan uang yang lebih besar dari uang yang telah ia pasang. Bahkan akhir-akhir ini pasti ada banyak judi yang terjadi karena sekarang sedang musim bola, tapi saya tidak akan membahas mengenai hal ini. Ada juga orang tidak merasa dirinya sudah beruntung dan terus menerus menginginkan hal yang lebih lagi, seperti halnya seorang koruptor yang dia sudah sangat beruntung dibanding orang-orang yang lain yang mungkin esok masih bingung untuk makan apa namun dia masih belum puas dengan keadaan dirinya sehingga masih menginginkan lagi-lagi dan lagi. Oke tulisan ini mulai tidak terarah, maaf. Saya hanya akan membicarakan diri saya sendiri.
Saya merasa beruntung sekali hingga akhir ini. Saya merasa beruntung dapat mencicipi pendidikan formal, saya beruntung ketika saya ingin mencoba masuk ke SMA yang nun jauh disana dan ternyata saya masih dapat mendaftarkan diri. Saat saya ingin berkuliah di salah satu institute yang sangat terpandang dan saya masuk walaupun saya sempat tidak ingin masuk karena ada yang lebih ingin saya masuki namun ternyata jalan kesana tidak terbuka.
Saya merasa beruntung lahir di keluarga ini. Dari keluarga ini saya selalu diajarkan untuk hidup mandiri, hidup untuk memberi, dan selalu bisa menyelesaikan masalah yang ada, yang selalu diucapkan, setidaknya kita harus tahu sebelum kita menyuruh suatu pekerjaan ke seseorang.
Saya merasa beruntung memiliki banyak teman yang saya kenal selama ini, berbagai sifat, perilaku, tingkah, dan karakter yang berbeda beda dan dari keluarga yang berbeda beda. Bahkan saya beruntung pernah berkenalan dengan saudara sebangsa yang dari timur yaitu papua dan pernah hidup dalam satu graha bersama walaupun hanya dalam 1 tahun saja. Saya beruntung sekali memiliki teman yang menurut saya memperhatikan dan mau membantu saya akan banyak hal namun saya yang bahkan tidak mampu membantu banyak hal pada mereka semua.
Saya beruntung pernah bekerja di salah satu perusahaan swasta yang suasananya sangat menyenangkan untuk yang baru pertama kali mencoba hidup sendiri di kehidupan yang keras, tempat yang justru membuat saya mampu menghadapi semua beban dan masalah yang diterima. Walaupun mungkin menurut mereka tidak membantu, namun sangat membantu sekali bagi diri saya.
Saya pun beruntung pernah merasakan rasa yang spesial untuk seseorang, rasa memiliki, rasa cemas akan seseorang yang bukan dari keluarga sendiri namun entah mengapa terasa layaknya seorang yang sangat dekat sekali.
Saya sangat beruntung pernah melewati itu semua, tapi saya tidak mampu membalas semuanya yang mampu saya lakukan hanyalah mengucapkan Terima kasih untuk segala-galanya.
Kurnia Fajar Adhi Sukra
18 Juni 2014